portal kabar – Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah, menyampaikan pandangannya mengenai fenomena politik liberal yang telah berlangsung di Indonesia. Ia berpendapat bahwa fenomena ini telah mengorbankan semangat konsolidasi dan keharmonisan yang seharusnya menjadi landasan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurutnya, politik liberal cenderung menciptakan kondisi “centang perenang,” di mana anak-anak bangsa saling berhadapan, bertengkar, dan saling menghina satu sama lain.
Fahri menegaskan bahwa pertikaian yang terjadi di antara masyarakat justru tidak memberikan dampak yang signifikan bagi kemajuan bangsa. Ia mengusulkan agar politik Pancasila dihidupkan kembali sebagai bagian dari narasi besar yang dapat menyatukan seluruh elemen masyarakat. Dalam sebuah diskusi bertajuk “Menyongsong Momentum Indonesia, Refleksi 2024 dan Proyeksi 2025” yang berlangsung di Jakarta pada hari Rabu, Fahri menyatakan pentingnya langkah ini.
Lebih lanjut, ia juga menyoroti perkembangan teknologi, khususnya melalui kebebasan yang diberikan oleh media sosial, yang seolah-olah menjadi sarana untuk saling menegasikan satu sama lain. Fahri merasa prihatin dengan fenomena ini, yang bahkan dapat berdampak pada pemimpin bangsa. Ia mencatat bahwa saat ini terdapat godaan dari berbagai negara di dunia untuk mengikuti sistem pemerintahan yang diterapkan oleh China. Negara tersebut berhasil mencapai kemajuan yang pesat dalam waktu yang relatif singkat, hanya dalam satu generasi.
Namun, di sisi lain, Fahri mengingatkan bahwa godaan untuk menjadi otoriter juga muncul seiring dengan perkembangan tersebut. Ia berpendapat bahwa negara-negara barat yang menerapkan politik liberal justru mengalami ketidakstabilan, di mana konsolidasi bangsa menjadi sulit tercapai. Peperangan yang terjadi di negara-negara tersebut menyebabkan moralitas bangsa-bangsa itu menurun, meskipun mereka mengklaim sebagai negara demokrasi.
Oleh karena itu, Fahri mendorong Presiden Prabowo Subianto untuk terus berupaya mengkonsolidasikan bangsa dengan komando politik yang dapat memperkuat identitas bangsa Indonesia. Ia menekankan pentingnya membangun kekuatan masa depan yang solid. Selain itu, ia juga mengingatkan agar partai-partai yang bersikap ekstremis ditinggalkan, karena mereka cenderung menganggap partai mereka sebagai segalanya. Menurut Fahri, situasi ini memerlukan komando politik yang baru, di mana arah yang baik dan positif dapat ditetapkan untuk kemajuan bangsa.
pram/sumber Antara
