portal kabar – Di tengah perdebatan mengenai kebijakan Bupati Bekasi yang dianggap tidak populis, pengamat lokal Dito memberikan perspektif penting terkait pengelolaan pemerintahan. Dalam pernyataannya, Dito menekankan bahwa setiap kebijakan yang diambil harus berlandaskan pada prinsip good governance, yang tidak hanya mengutamakan transparansi dan akuntabilitas, tetapi juga keadilan dan keberlanjutan.
“Pengelolaan pemerintahan yang baik bukan sekadar soal menjelaskan apa yang sudah dilakukan, atau mempertanggungjawabkan keputusan. Ini lebih dari itu. Kita harus memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil menciptakan keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat,” ungkap Dito melalui pesan selularnya kepada portal kabar.
Menurut Dito, untuk mewujudkan visi Kabupaten Bekasi sebagai daerah dengan tagline bangkit, maju dan sejahtera, penting bagi pengambil kebijakan untuk melihat dari berbagai sudut pandang. “Kita tidak boleh melihat segala sesuatu dengan kacamata kuda. Berbagai referensi harus dipertimbangkan agar kebijakan yang diambil dapat lebih inklusif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat,” tegasnya.
Dalam konteks ini, Dito menyoroti pentingnya partisipasi publik dalam proses pengambilan keputusan. Ia mengusulkan agar pemerintah lebih terbuka untuk mendengar aspirasi dan keberatan dari warganya, sehingga kebijakan yang dihasilkan dapat mencerminkan kebutuhan riil masyarakat Bekasi.
Lebih lanjut, Dito juga menekankan bahwa prinsip keberlanjutan dalam setiap kebijakan harus dijadikan prioritas. “Kebijakan yang baik bukan hanya berdampak positif di masa kini, tetapi juga harus memberikan manfaat bagi generasi yang akan datang,” tambahnya.
Sebagai penutup, pengamat tersebut mengingatkan bahwa keberhasilan dalam pengelolaan pemerintahan tidak hanya ditentukan oleh popularitas kebijakan yang diambil, tetapi pada dampak jangka panjang yang mereka hasilkan bagi masyarakat. Dalam hal ini, sinergi antara pemerintah dan masyarakat menjadi kunci untuk mewujudkan Bekasi yang lebih baik.
bram ananthaku
